Zaman Jahiliyyah; Awal Mula Sejarah Hari Raya
Editor by: Diah Fitriatus Sholihah
Hari
Raya Idul Fitri dilaksanakan secara berulang-ulang dalam setiap tahunnya.
Sebuah momen bagi kehidupan manusia guna memperbaiki posisi dalam mengurangi perjalanan
hidup di dunia, yaitu orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Hal yang jarang diketahui adalah sejarah awal
mula adanya hari raya. Sebuah riwayat menceritakan tentang asal mula terjadinya
Hari Raya Idul Fitri. Idul fitri sudah disyariatkan pada tahun pertama bulan
hijriyah, namun baru dilaksanakan pada tahun kedua hijriyah yakni selepas
perang badar. Pada masa rosulullah SAW, di sebuah kota yang terletak di
madinah, ada dua hari yang di dalamnya terdapat kaum Yasyik yang menggunakan
dua hari tersebut, dengan berpesta-pesta dan bersenang-senang semata dan
terkesan lebih berfoya-foya. Kedua hari tersebut dinamakan An- Nairuz dan hari
Al-Mahrajan.
Hari An- Nairuz dan hari Al-Mahrajan tersebut
ditentukan oleh pemimpin yang berkuasa pada masa itu. Penyebab ditentukannya
hari itu sebagai hari raya mereka,
karena kedua hari tersebut terdapat kestabilan kondisi dan suhu udara. Hari itu
sudah ada sejak zaman jahiliyah, sehingga menjadi sebuah tradisi yang melekat
pada orang Madinah kaum Yasyrik.
Ketika
hal tersebut menjadi sebuah tradisi dan budaya kaum Yasyrik, sampailah kabar
tersebut pada Rasulullah SAW. sehingga Rasulullah ingin mencari tahu, bahwa apa
yang sedang mereka lakukan dengan kedua
hari tersebut. Kemudian orang-orang Madinah pun menjawab:
“Wahai
Rasul pada hari ini kami sedang merayakan pesta untuk kesenangan dan kepuasan
kita dan kita akan menjadikan hari ini, menjadi sebuah tradisi kita karena
sudah ada sejak zaman kaum jahiliyah”.
Mendenggar
hal tersebut Rasulullah tersentak hatinya untuk memberhentikan tindakan mereka
yang tidak bermanfaat. Sehinggan Rasulullah berkata kepada kaum yasyik
tersebut: “kalian harus bahwa, sesungguhnya Allah menggantikan kedua hari
tersebut dengan hari yang lebih baik. Yang mana hari itu tidak akan menjadikan
kalian orang yang sekedar berpesta dan berfoya-foya, karena hal tersebut
menjadikan kalian umat yang bodoh, yang akan menggunakan waktu dan harta kalian
dengan mubbazir dan sia-sia. Sesungguhnya Allah SWT telah mengganti kedua
hari tersebut dengan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha, yang penuh
dengan makna dan hikmah-hikmahnya.
Peristiwa
tersebut menjadi sebuah riwayat hadist yangterdapat dalam kitab fiqih Madzahib
Al-Arba’ah karya Abdurrahman Al-Jaziri yang berbunyi:
“Diriwayatkan
dari Anas RA brkata: “ketika Rosulullah SAW datang ke madinah dan penduduk
madinah memiliki dua hari raya, yang didalamnya mereka berpesta-pesta dan
bermain-main. Adapun hal demikian sudah ada sejak zaman jahiliyyah. Maka
Rasulullah bersabda: sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian
dengan dua hari yang lebih baik itu Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul
Adha. ( Hadist Riwayat Abu Dawud).
Hari
Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat islam, selepas perang
badar tahun kedua hijriyah. Dalam pertempuran itu, umat islam meraih kemenangan
sebanyak 319 kaum Muslimin harus
berhadapan dengan 1000 tentara dari kaum Quraisy.
Pada
tahun itu Rasulullah dan para sahabat menyatakan dua kemenangan, yakni
keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam perang badar dan menaklukan hawa
nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, nabi Muhammad dan para
sahabat menunaikan sholat id pertama kali dengan kondisi luka-luka yang masih
belum pulih akibat perang badar.
Rosulullah
SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam keadaan letih. Sampai-sampai
Rasulullah bersandar pada Bilal RA dan menyampaikan khutbahnya. Menurut Hafidz
Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama, Rasulullah SAW pergi
meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan shalat id diatas
tanah lapang itu.
Sejak
itulah nabi Muhammad SAW dan para sahabat menunaikan shalat id di lapangan
terbuka. Hingga kini, idul fitri telah dilakukan kaum Muslimin lebih dari
seribu kali. Disetiap wilayah atau daerah, umat islam memiliki tradisi
masing-masing untuk merayakan dan mengisi hari raya itu.
Wallahu A'lam, Al-Fatihah